Pernah
aku membaca sebuah komentar yang ada di jaringan sosial (facebook) yang
mengomentari salah satu status terbaruku di facebook saat itu. Kau
menuliskan
komentarmu, “ aku tidak terlahir dari rahim hijau, aku tidak terlahir
dari
rahim hitam dan tidak juga lahir dari rahim hijau hitam. Tapi apakah aku
tidak
bisa menjadi sahabatmu”. Dan saat aku membacanya, lama aku terdiam,
merenungi
apa yang kau tanyakan.
Sungguh,
aku tidak pernah menganggapmu sebagai sahabat, tidak penah. Bahkan hal
itu
tidak pernah terfikirkan olehku.
Bagiku,
kau bukan sekedar sahabat,
Tapi
aku telah menganggapmu saudaraku bahkan lebih dari saudara, itupun jika
kau mau
menganggapku saudara.
Aku
menyayangimu selayaknya adik ke kakaknya, bahkan aku takut kehilanganmu.
Kau
tahu, aku slalu merindukan saat duduk bersamamu, baik itu di kamar,
ditempat
nonton tv, bercerita tentang apa saja! merindukan
saat kau bercerita tentang keluargamu, temanmu, kejadian-kejadian yang
kau
alami di setiap harinya. Aku merindukan hal itu, Tapi hal itu mungkin
tidak
akan terulang lagi, karena kita berdua masing-masing memiliki kesibukan
sendiri. Sehingga aku merasa kau sangat jauh dariku.
Semuanya
bermula saat kau menjadi staf di prodi, dan aku sendiri aktif dan
melakukan
hampir semua aktivitasku di lingkungan teman-teman organisasi ekstra
kampus.
Aku merasa ada yang hilang. Makanya setiap aku pulang, aku slalu
bertanya pada
teman-teman di kost, “ada ka’mila” dan berharap kau ada di dalam
kamarmu. Tapi
mereka menjawab “tadi ada, tapi keluar lagi”. Lantas aku kembali ke
kamarku,
merebahkan tubuhku di tempat pembaringan dan menuju ke pulau kapuk
bersama bayang-bayangmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar